Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Jumat, 27 Mei 2011

EDUCATION SUN ONLINE

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Definisi ilmu kesehatan masyarakat (bahasa Inggris: public health) menurut profesor Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) dari adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.

Kedokteran



Cabang ilmu kesehatan

Anestesiologi · Bedah · Dermatologi · Ginekologi · Kedaruratan medis · Kedokteran rehabilitasi medis · Kedokteran umum · Kesehatan kerja · Kesehatan masyarakat · Neurologi · Obstetri · Penyakit dalam · Patologi · Pediatri · Psikiatri · Radiologi · THT-KL



Cabang ilmu penyakit dalam

Endokrinologi · Gastroenterologi · Hematologi · Kardiologi · Kedokteran perawatan intensif · Nefrologi · Onkologi · Penyakit infeksi · Pulmonologi · Rheumatologi



Cabang ilmu bedah

Bedah umum · Bedah anak · Bedah kulit · Bedah ginekologi · Bedah jantung dan pembuluh darah · Bedah mata · Bedah mulut dan maksilofasial · Bedah ortopedi · Bedah plastik · Bedah saraf · Bedah trauma · Bedah urologi · Bedah pembuluh darah · Bedah tumor · Otolaringologi · Transplantasi organ

Source : wikipedia.org, Jumat, 27 Mei 2011

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DAMPAK GEMPA JEPANG : Air Minum di Tokyo Telah Terkontaminasi

Jumat, 20 Mei 2011

EDUCATION SUN ONLINE

DAMPAK GEMPA JEPANG

Air Minum di Tokyo Telah Terkontaminasi

TOKYO, Kompas, EDUCATION SUN ONLINE - Pemerintah Metropolitan Tokyo, Rabu (23/3), menganjurkan warga untuk tidak melarutkan susu formula bagi bayi dengan air leding di kota itu karena ditemukan kandungan bahan radioaktif melebihi batas normal.

Wartawan Kompas Ahmad Arif yang berada di Tokyo melaporkan, pihak berwajib di kota itu menemukan radioaktivitas isotop iodin-131 mencapai 210 becquerel per 1 liter air di sebuah pusat pemurnian air minum di utara Tokyo. Becquerel (Bq) adalah satuan radioaktivitas yang menunjukkan jumlah inti atom yang meluruh (dan memancarkan radiasi) dalam satu detik.

Jumlah tersebut masih di bawah ambang batas aman bagi orang dewasa, yakni 300 Bq per liter, tetapi sudah lebih dari dua kali lipat jumlah yang diizinkan untuk bayi berumur di bawah satu tahun. Bayi sangat rentan terhadap paparan radiasi dari iodin karena bisa menyebabkan kanker tiroid.

Gubernur Tokyo Shintaro Ishihara mengatakan, level radioaktivitas tersebut tidak serta- merta menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia. ”Namun, untuk bayi berumur di bawah satu tahun, saya menganjurkan agar warga tak lagi menggunakan air leding untuk melarutkan susu formula,” tuturnya.

Meski Ishihara dan para pejabat lain, termasuk Sekretaris Kabinet Yukio Edano dan pejabat Kementerian Kesehatan, menegaskan bahwa air leding masih aman dikonsumsi, tak urung warga Tokyo bereaksi dengan berbondong-bondong memborong air minum dalam kemasan.

Akibatnya, di beberapa toko, air kemasan menjadi sulit diperoleh, seperti di pertokoan sekitar Stasiun Metro Tokyo.

”Warga mulai panik dan membeli banyak minuman dalam botol. Sebagian sudah takut minum air leding,” kata Takako Chinoi, warga Tokyo.

Terus meluas

Selain di Tokyo, jejak radioaktivitas dari PLTN Fukushima Daiichi juga terus ditemukan pada radius yang makin jauh dari reaktor nuklir yang bocor. Kementerian Ilmu Pengetahuan Jepang menyatakan telah mencatat kandungan radioaktivitas iodin-131 sebesar 43.000 Bq per 1 kilogram tanah yang diambil dari lokasi berjarak 40 kilometer dari PLTN tersebut.

Profesor Keigo Endo dari Universitas Gunma kepada NHK menyebutkan, kadar iodin-131 tersebut mencapai 430 kali lipat dari kondisi normal di tanah Jepang. Sementara kadar cesium-137 mencapai 47 kali lipat kondisi normal.

Endo menyebutkan, orang yang tinggal di area itu dalam jangka satu tahun akan mendapatkan paparan radioaktif empat kali lipat ambang batas normal sesuai standar nasional.

Meski demikian, Pemerintah Jepang hingga Rabu belum menambah radius zona berbahaya di sekitar PLTN. Pemerintah masih menetapkan radius 20 km sebagai zona bahaya di mana warga harus dievakuasi dan menganjurkan warga pada radius 30 km tidak keluar rumah dan menutup jendela rapat-rapat guna mengurangi paparan radiasi.

Rabu sore, asap hitam keluar dari reaktor unit 3 yang membuat otoritas kembali mengevakuasi semua pekerja di sekitar reaktor. ”Kami belum tahu apa penyebab asap itu,” kata Hidehiko Nishiyama dari Badan Keselamatan Nuklir dan Industri (NISA) Jepang.

Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengaku prihatin dengan penanganan insiden nuklir di Fukushima dan menyayangkan Pemerintah Jepang yang tak memberikan data lengkap. IAEA mengaku tak mendapatkan data suhu kolam penampung bahan bakar bekas di reaktor unit 1, 3, dan 4. ”Kami terus mendeteksi radiasi keluar dari lokasi (PLTN), tetapi masih ada pertanyaan, dari mana tepatnya radiasi itu berasal?” ujar pejabat IAEA, James Lyons.

Amerika Serikat dan Hongkong telah melarang impor beberapa bahan makanan, seperti susu, sayur-mayur, dan buah-buahan, dari beberapa prefektur di sekitar PLTN tersebut. Kementerian Kesehatan Jepang telah menemukan kadar radioaktivitas melebihi ambang batas pada air, susu, dan 11 jenis sayuran yang ditanam di Fukushima, termasuk brokoli, kubis, dan daun peterseli.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, Pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan akan memperketat pengawasan bahan pangan impor dari Jepang. Jika ditemukan kontaminasi, produk tersebut akan langsung disita dan diserahkan kepada Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). (AP/AFP/Reuters/DHF/ENY)***

Source : Kompas, Kamis, 24 Maret 2011

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gempa Tetap Menjadi Misteri Alam

Kamis, 19 Mei 2011

EDUCATION SUN ONLINE

PREDIKSI GEMPA

Gempa Tetap Menjadi Misteri Alam

Oleh Ahmad Arif

Pengetahuan tentang gempa bumi dan tsunami sangatlah pendek, sependek ingatan manusia. Padahal, periode keberulangan bencana alam paling mematikan ini bisa jadi sangat lama. Gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan pantai timur Jepang, Jumat (11/3/2011), merupakan bukti keterbatasan manusia dibandingkan kekuatan alam.

Keterbatasan pengetahuan manusia diakui Profesor Teruyuki Kato dari Earthquake Research Institute (ERI) The University of Tokyo. Kato adalah peraih penghargaan bergengsi di Jepang, The Invention Prize, karena mengembangkan global positioning system (GPS) tsunami monitoring system. Dengan sistem ini, Pemerintah Jepang bisa membuat estimasi dan menyampaikan informasi datangnya tsunami kepada warga sekitar pantai dalam hitungan menit.

Karena itu, dia menjadi salah seorang tumpuan pertanyaan masyarakat Jepang tentang ”kegagalan” ilmuwan dalam memprediksi dan mengantisipasi gempa raksasa yang melanda Jepang baru-baru ini. Senin (14/3/2011), sejak pagi puluhan wartawan antre untuk menemui sang profesor.

”Jepang termasuk yang paling maju dalam memperkirakan gempa. Namun, gempa Jumat lalu mengajarkan, itu semua jauh dari cukup,” kata Kato.

Menurut dia, ilmuwan Jepang telah memperkirakan, gempa akan terjadi di sekitar Sendai, Prefektur Miyagi, dengan kemungkinan 99,9 persen dalam kurun 30 tahun. Kekuatannya diperkirakan 7,5 skala Richter (SR) dan akan diikuti tsunami setinggi 6 meter.

Perkiraan ini dibuat berdasarkan jejak rekam gempa dan tsunami di zona itu pada tahun 1896 dan 1933 dengan kekuatan 7-8 SR. ”Yang lebih kami takutkan adalah patahan Kanto dibandingkan Sendai,” katanya. Pada tahun 1923, patahan Kanto bergerak dan menyebabkan gempa berkekuatan 7,9 SR. Sebanyak 145.144 orang tewas.

Dengan perkiraan itu, dibuat tanggul setinggi 10 meter di beberapa area di pantai timur Jepang, termasuk di sekitar pembangkit nuklir Fukushima Daiichi. Namun, perkiraan meleset.

Gempa memang terjadi, bahkan lebih cepat dari perkiraan. Kekuatannya jauh dari prediksi, yaitu 8,9 SR. Belakangan, direvisi menjadi 9,0 SR. Tinggi tsunami yang menerjang lebih dari 10 meter dan menyapu pantai kurang dari 15 menit setelah gempa. Tak hanya menghancurkan permukiman dan pusat bisnis, tsunami menyebabkan reaktor nuklir Fukushima Daiichi terbakar, memicu krisis nuklir.

”Tsunami yang hanya 10-15 menit setelah gempa sangat pendek rentang waktunya. Jadi, kalau peringatan tsunami diberikan tiga menit setelah gempa dan sampai ke masyarakat lima menit kemudian, dalam waktu 10 menit lari dari pantai terlalu pendek,” kata Kato.

Memahami bumi

Kato mengakui, ilmu prediksi gempa dan peringatan dini terhadap tsunami masih sangat lemah. ”Ilmu prediksi tentang gempa dan tsunami terbatas. Kami belum bisa meramalkan dengan tepat, kapan, di mana, dan seberapa kuat gempa akan terjadi,” kata Kato.

Sebelum gempa yang disusul tsunami dua pekan lalu, rekan Kato di ERI, Kenji Satake, pernah menduga bahwa 1.000 tahun lalu kawasan Sendai pernah dilanda tsunami besar, sama seperti Jumat lalu. Hal ini didasarkan jejak sedimen tanah yang terkubur di sekitar di kawasan itu. Namun, penelitian masih sangat awal, belum bisa menjadi rujukan mitigasi. ”Setelah gempa dan tsunami lalu, kami terpikir, jangan-jangan tsunami sebesar Jumat lalu pernah terjadi 1.000 tahun lampau,” kata Yozo Goto, juga dari ERI.

Pemantauan dengan GPS menunjukkan, pelat bumi bergerak perlahan, saling bertumbukan, dan dipastikan akan patah. Namun, kapan pelat bumi akan patah dan seberapa panjang patahnya, tak pernah bisa diprediksi dengan pasti.

Ilmuwan hanya mencatat, tujuh dari 11 gempa raksasa (berkekuatan di atas 8,5 SR) yang terjadi selama abad ke-20, yaitu kurun waktu 1950-1965. Tak ada gempa raksasa selama periode 1965 hingga 2004. Selama abad ke-19, hanya tercatat dua kali gempa raksasa di bumi ini. Catatan-catatan yang terbilang berumur muda sulit untuk memetakan pola gempa raksasa.

Apakah gempa raksasa akan terjadi tiap 100 tahun, 500 tahun, atau bahkan 1.000 tahun? Atau justru gempa raksasa itu terjadi secara acak? Kita tak pernah tahu angka berapa yang akan muncul?

Antisipasi teknologi

Kato mengatakan, satu-satunya jalan untuk meminimalkan dampak gempa dan tsunami adalah meningkatkan teknologi. ”Kekuatan gedung dan infrastruktur harus ditambah untuk antisipasi yang terburuk,” katanya.

Nyaris semua bangunan yang rusak di Jepang saat ini adalah karena tsunami, bukan akibat gempa. Gedung di Jepang bisa menahan kekuatan gempa hingga 7 skala (mercalli modification intensity/MMI) karena mereka belajar dari gempa Hanshin tahun 1995. ”Kita harus meningkatkan standar karena kita tak pernah tahu dengan pasti kekuatan gempa yang akan datang,” kata Kato.

Daerah-daerah yang memiliki jejak rekam tsunami harus terus ditinggikan tanggul-tanggulnya untuk antisipasi yang terburuk.

Dibandingkan gempa dan tsunami yang berkekuatan nyaris setara yang mengguncang Aceh pada 2004, antisipasi yang dilakukan Jepang bisa dibilang sukses dalam mereduksi jumlah korban.

Walau angka korban tewas gempa Jepang terus bertambah dan diperkirakan mencapai 20.000 jiwa, jika dibandingkan dengan Aceh masih terbilang kecil. Aceh menewaskan sekitar 200.000 jiwa, 10 kali lipat lebih banyak. Padahal, kota-kota di pesisir timur Jepang, seperti Sendai, Tohoku, dan Kesennuma, lebih padat dibandingkan Aceh. Bagaimana jika gempa besar melanda kota-kota kita? Sudah siapkah kita?***

Source : Kompas, Kamis, 31 Maret 2011

KOMENTAR

Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini.


  • UNTUNG PURNOMO

Kamis, 31 Maret 2011 | 08:40 WIB

ayo tingkatkan pemahaman keilmuan kita dalam segala hal, jangan hanya betengkar, bertengkar dan bertengkar saja.

Balas tanggapan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

WHO : Tak Ada Bukti Radiasi Menyebar dari Jepang

Kamis, 19 Mei 2011

Education Sun online

WHO : Tak Ada Bukti Radiasi Menyebar dari Jepang

Editor: Asep Candra

AP

Pembangkit Fukushima Dai-Ichi saat ini, setelah tsunami terjadi.

TERKAIT:

BEIJING, Education Sun online - Perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di China, Rabu (16/3/2011), menegaskan bahwa tidak ada bukti tentang penyebaran radiasi secara lintas negara dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima yang sedang bermasalah di Jepang.

"Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ingin meyakinkan pemerintah dan masyarakat bahwa hingga saat ini belum ada bukti kuat yang menyebutkan bahwa radiasi nuklir dari PLTN di Jepang meluas ke luar negeri," ungkap Michael O’Leary, perwakilan WHO untuk China, dalam pernyataan tertulisnya. "Berbagai rumor telah menyebar melalui pesan singkat telepon genggam dan media lain yang menyebutkan bahwa awan radiasi yang berbahaya tengah meluas ke seluruh Asia akibat kerusakan PLTN di Jepang," tambahnya.

"Pemerintah dan anggota masyarakat harus menghentikan rumor ini, yang berbahaya bagi moral publik luas," demikian tulisnya.*** (RTR,ANT)***

Source : Kompas.com, Rabu, 16 Maret 2011 | 18:07 WIB |

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS