Jumat, 20 Mei 2011
EDUCATION SUN ONLINE
DAMPAK GEMPA JEPANG
Air Minum di Tokyo Telah Terkontaminasi
TOKYO, Kompas, EDUCATION SUN ONLINE - Pemerintah Metropolitan Tokyo, Rabu (23/3), menganjurkan warga untuk tidak melarutkan susu formula bagi bayi dengan air leding di kota itu karena ditemukan kandungan bahan radioaktif melebihi batas normal.
Wartawan Kompas Ahmad Arif yang berada di Tokyo melaporkan, pihak berwajib di kota itu menemukan radioaktivitas isotop iodin-131 mencapai 210 becquerel per 1 liter air di sebuah pusat pemurnian air minum di utara Tokyo. Becquerel (Bq) adalah satuan radioaktivitas yang menunjukkan jumlah inti atom yang meluruh (dan memancarkan radiasi) dalam satu detik.
Jumlah tersebut masih di bawah ambang batas aman bagi orang dewasa, yakni 300 Bq per liter, tetapi sudah lebih dari dua kali lipat jumlah yang diizinkan untuk bayi berumur di bawah satu tahun. Bayi sangat rentan terhadap paparan radiasi dari iodin karena bisa menyebabkan kanker tiroid.
Gubernur Tokyo Shintaro Ishihara mengatakan, level radioaktivitas tersebut tidak serta- merta menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan manusia. ”Namun, untuk bayi berumur di bawah satu tahun, saya menganjurkan agar warga tak lagi menggunakan air leding untuk melarutkan susu formula,” tuturnya.
Meski Ishihara dan para pejabat lain, termasuk Sekretaris Kabinet Yukio Edano dan pejabat Kementerian Kesehatan, menegaskan bahwa air leding masih aman dikonsumsi, tak urung warga Tokyo bereaksi dengan berbondong-bondong memborong air minum dalam kemasan.
Akibatnya, di beberapa toko, air kemasan menjadi sulit diperoleh, seperti di pertokoan sekitar Stasiun Metro Tokyo.
”Warga mulai panik dan membeli banyak minuman dalam botol. Sebagian sudah takut minum air leding,” kata Takako Chinoi, warga Tokyo.
Terus meluas
Selain di Tokyo, jejak radioaktivitas dari PLTN Fukushima Daiichi juga terus ditemukan pada radius yang makin jauh dari reaktor nuklir yang bocor. Kementerian Ilmu Pengetahuan Jepang menyatakan telah mencatat kandungan radioaktivitas iodin-131 sebesar 43.000 Bq per 1 kilogram tanah yang diambil dari lokasi berjarak 40 kilometer dari PLTN tersebut.
Profesor Keigo Endo dari Universitas Gunma kepada NHK menyebutkan, kadar iodin-131 tersebut mencapai 430 kali lipat dari kondisi normal di tanah Jepang. Sementara kadar cesium-137 mencapai 47 kali lipat kondisi normal.
Endo menyebutkan, orang yang tinggal di area itu dalam jangka satu tahun akan mendapatkan paparan radioaktif empat kali lipat ambang batas normal sesuai standar nasional.
Meski demikian, Pemerintah Jepang hingga Rabu belum menambah radius zona berbahaya di sekitar PLTN. Pemerintah masih menetapkan radius 20 km sebagai zona bahaya di mana warga harus dievakuasi dan menganjurkan warga pada radius 30 km tidak keluar rumah dan menutup jendela rapat-rapat guna mengurangi paparan radiasi.
Rabu sore, asap hitam keluar dari reaktor unit 3 yang membuat otoritas kembali mengevakuasi semua pekerja di sekitar reaktor. ”Kami belum tahu apa penyebab asap itu,” kata Hidehiko Nishiyama dari Badan Keselamatan Nuklir dan Industri (NISA) Jepang.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengaku prihatin dengan penanganan insiden nuklir di Fukushima dan menyayangkan Pemerintah Jepang yang tak memberikan data lengkap. IAEA mengaku tak mendapatkan data suhu kolam penampung bahan bakar bekas di reaktor unit 1, 3, dan 4. ”Kami terus mendeteksi radiasi keluar dari lokasi (PLTN), tetapi masih ada pertanyaan, dari mana tepatnya radiasi itu berasal?” ujar pejabat IAEA, James Lyons.
Amerika Serikat dan Hongkong telah melarang impor beberapa bahan makanan, seperti susu, sayur-mayur, dan buah-buahan, dari beberapa prefektur di sekitar PLTN tersebut. Kementerian Kesehatan Jepang telah menemukan kadar radioaktivitas melebihi ambang batas pada air, susu, dan 11 jenis sayuran yang ditanam di Fukushima, termasuk brokoli, kubis, dan daun peterseli.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, Pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan akan memperketat pengawasan bahan pangan impor dari Jepang. Jika ditemukan kontaminasi, produk tersebut akan langsung disita dan diserahkan kepada Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). (AP/AFP/Reuters/DHF/ENY)***
Source : Kompas, Kamis, 24 Maret 2011
0 komentar:
Posting Komentar