Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

FOTO: Kedahsyatan Tsunami Jepang!

Jumat

25 Maret 2011

EDUCATION SUN ONLINE




FOTO: Kedahsyatan Tsunami Jepang!

Editor: Fikria Hidayat

Mobil dan pesawat terbang disapu gelombang tsunami pascagempa di Bandara Sendai, utara Jepang, Jumat (11/3/2011). (AP PHOTO/KYODI NEWS)***

AP PHOTO/NHK TV Detik-detik tsunami menyapu kawasan kota sendai, Miyagi, Jepang, pascagempa, Jumat (11/3/2011).

AP PHOTO/NHK TV Detik-detik tsunami menyapu kawasan kota sendai, Miyagi, Jepang, pascagempa, Jumat (11/3/2011).

THE YOMIURI SHIMBUN VIA AP IMAGES Kawasan permukiman yang terbakar di kota Natori, Miyagi, Jepang, pascagempa, Jumat (11/3/2011).

TERKAIT:

JAKARTA, EDUCATION SUN ONLINE — Gempa berkekuatan 8,9 skala Richter yang terjadi di Jepang, Jumat (11/3/2011) siang, tercatat sebagai gempa terbesar sepanjang sejarah yang pernah terjadi di Negeri Sakura. Sepanjang catatan kegempaan di Jepang, belum pernah terjadi gempa kuat yang langsung disusul tsunami tersebut.

Asap hitam juga membubung dari kawasan industri di daerah Yokohama Isogo. Terlihat perahu, mobil, truk, serta pesawat terbang hanyut disapu tsunami. Sebuah jembatan, lokasinya tidak diketahui, tampak runtuh ke dalam air.

Badan Survei Geologi AS (USGS) sebelumnya menyatakan bahwa gempa tersebut berkekuatan 7,9 SR dan berpusat di kedalaman 24,3 km sekitar 130 km sebelah timur Sendai di pulau utama Honshu. Namun, USGS kemudian menyatakan bahwa gempa berkekuatan 8,9 SR.***

Sumber : AP/Kompas.com, Jumat, 11 Maret 2011 | 20:47 WIB

Ada 11 Komentar Untuk Artikel Ini.


  • Yandi Putra

Sabtu, 19 Maret 2011 | 01:10 WIB

itu fenomena alam... bukan kehendak Tuhan....


  • dri handoyo

Rabu, 16 Maret 2011 | 08:20 WIB

Tsunami dan bencana yg terjadi dimana mana!!!..kita semua telah di ingatkan bahwa sehebat apapun manusia tdk ada apa-apanya di mata Alloh, insaflah wahai saudaraku yang selama ini telah angkuh dan sombong dengan kekayaan dan kuasaanmu.... insaf...insaf


  • Dany Suhardono

Jumat, 18 Maret 2011 | 11:16 WIB

what if it happened to you


  • alain bunjamin

Rabu, 16 Maret 2011 | 22:30 WIB

maaf menurut saya tidak etis anda malah mengutuk mereka yang sedang tertimpa bencana seperti itu. anda hanya melihat dari kacamata anda. mereka mempunyai kepercayaan mereka sendiri: menghargai alam karena alam lebih tinggi dari manusia. menurut saya mereka malah lebih baik dari kita yg ngaku2 beriman kepada tuhan tapi merusak lingkungan. tolong jangan menghakimi mereka seperti itu, apalagi di saat mereka tertimpa musibah separah ini.


  • rifky alfa

Minggu, 13 Maret 2011 | 18:43 WIB

mesti jepang akn segera berbenah dan tetap maju, indonesia ayo balapan sama jepang biar maju


  • muhammad taufik

Sabtu, 12 Maret 2011 | 15:32 WIB

Kalau Tuhan sudah berkehendak....


  • tatang suwartana

Sabtu, 12 Maret 2011 | 08:54 WIB

Pemerintah Jepang tidak panik dalam menghadapi musibah (besar) ini...tidak sepanik pemerintah (RI) menghadapi THE AGE


  • Ribka panutomo

Sabtu, 12 Maret 2011 | 07:14 WIB

kayak film 2012 sudahan...saudaraku..berjaga2lah..telah dekat kedatanganNya..


  • Achmad Kurdi

Jumat, 11 Maret 2011 | 22:19 WIB

Ya Allah, apakah ini memang suatu tanda yang nyata bahwa hari Akhir sudah dekat ? Bencana sudah terjadi dimana amana,apa kita masih tetap saja angkuh ? Masih lupa akan Tuhannya ? Astaghfirullah.


  • Rudy Tanary

Jumat, 11 Maret 2011 | 21:24 WIB

Turut berdukacita atas musibah gempa dan tsunami untuk Jepang. Semoga diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi musibah ini.


  • Noor Alhabsyi

Jumat, 11 Maret 2011 | 21:19 WIB

Di banding Aceh, Aceh tetap lebih dahsyat, dan luas cakupan wilayah terkena bencananya. Namun sympathy kita untuk Bangsa Jepang yang telah banyak membantu dalam recovery Aceh paska Tsunami, kita harus bantu balik.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tsunami Jepang : Indonesia Sumbang 2 Juta Dollar AS

Jumat

25 Maret 2011

EDUCATION SUN ONLINE

Tsunami Jepang

Indonesia Sumbang 2 Juta Dollar AS

Penulis: Orin Basuki | Editor: I Made Asdhiana

Duta Besar Jepang Kojiro Shiojiri (kedua dari kiri) dipersilahkan merapat oleh Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang Rahmat Gobel (kiri), Menteri Perindustrian MS Hidayat (kedua dari kanan) dan Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi (kanan) dalam doa bersama untuk musibah gempa bumi dan tsunami di Jepang di Universitas Darma Persada, Jakarta Timur, Kamis (17/3/2011). Doa bersama yang digelar warga Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang ditujukan sebagai rasa simpati dan tanda persahabatan antara kedua bangsa.(KOMPAS/AGUS SUSANTO)***

TERKAIT:

JAKARTA, EDUCATION SUN ONLINE - Indonesia memastikan untuk membantu Jepang dalam bentuk dana senilai 2 juta dollar AS atau sekitar Rp 17,4 miliar. Bantuan ini dinilai cukup untuk menunjukkan sikap simpati Indonesia terhadap kesulitan yang dialami oleh penduduk Jepang akibat bencana gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011.

Menteri Keuangan Agus Darmawan Wintarto Martowardojo mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Sabtu (19/3/2011) saat menghadiri Diskusi Forum Komunikasi Wartawan Keuangan dan Moneter (Forkem) bertema Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN 2011.

"Yang paling utama kita bersimpati. Akan tetapi, yang paling utama itu kami sudah berikan bantuan 2 juta dollar AS dalam bentuk perhatian dan empati kita pada masyarakat Jepang untuk bentuk lainnya kita masih akan kaji," kata Agus.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, pemerintah merasa ada hambatan psikologis untuk menanyakan komitmen Jepang, baik pemerintah maupun sektor swasta mereka, dalam mematangkan kerja sama ekonomi dengan Indonesia. Jepang tengah membutuhkan dana setidaknya 200 miliar dollar AS untuk memulihkan kondisi infrastrukturnya lima tahun ke depan akibat deraan gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011.

"Kalau melihat dalamnya dampak (bencana), saya sebetulnya tidak berani menanyakan rekan kami di Jepang, baik sektor swasta maupun pemerintah. Walaupun tetap memegang komitmen untuk meneruskan, namun mereka itu harus memulihkan infrastrukturnya selama lima tahun ke depan, antara lain membuat pemukiman baru untuk puluhan ribu rumah," ujar Hidayat.

Menurut Hidayat, apabila pihak Jepang meninjau kembali atau menggeser proyek-proyek baru di Indonesia, dirinya akan sangat memakluminya. Seperti beberapa proyek otomotif, Hidayat tidak yakin akan terealisasi pada bulan-bulan ini.

"Sekarang masih suasana musibah, saya belum berani ngomong bisnis dulu. Namun, nanti satu hingga dua bulan ke depan, saya akan menawarkan mereka untuk merelokasi beberapa industri komponen mereka dan industri-industri yang sudah dilakukan di sini. Ini bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan rekan bisnis lokal," ujarnya.

Relokasi patut ditawarkan karena dalam lima tahun ke depan, Jepang akan konsentrasi pada program rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Dengan demikian, Jepang akan terfokus pada pembangunan berbagai infrastruktur dasar, seperti pelabuhan. Sebagai dampaknya, ekspor beberapa komoditas Indonesia ke Jepang akan menurun.

"Karena setelah itu bahkan akan meningkat kebutuhan mereka. Mereka akan membutuhkan banyak sekali baja, alumunium, untuk rehabilitasi dan rekonstruksinya," kata Hidayat. ***

Source : Kompas.com, Sabtu, 19 Maret 2011 | 16:37 WIB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Greenpeace: Jepang Alami Krisis Nuklir

Sabtu

19 Maret 2011

EDUCATION SUN ONLINE

DAMPAK GEMPA

Greenpeace: Jepang Alami Krisis Nuklir

Penulis: Egidius Patnistik | Editor: Egidius Patnistik

Gambar yang diambil dari televisi NHK ini memperlihatkan rumah-rumah di Sendai disapu oleh tsunami ketika gelombang pasang menerjang pantai, Jumat (11/3/2011).(AP)***


TERKAIT:

TOKYO, EDUCATION SUN ONLINE Kelompok lingkungan Greenpeace, Sabtu (12/3/2011), memperingatkan, kerusakan akibat gempa pada dua pembangkit nuklir Jepang berarti ”negara itu berada di tengah krisis nuklir dengan konsekuensi yang mungkin mengerikan”.

Jepang, Sabtu, bergegas mencegah kecelakaan nuklir di dua pembangkit nuklir dimana sistem pendingin reaktor gagal setelah gempa bumi dahsyat, Jumat. Pihak berwenang Jepang telah memerintahkan 45.000 orang yang tinggal di dekat salah satu pembangkit tersebut dan 3.000 orang di dekat pembangkit lainnya untuk mengungsi.

Sistem pendingin kedua reaktor tidak berfungsi, yaitu pembangkit nuklir Fukushima Nomor 1 dan Nomor 2, keduanya terletak di wilayah sekitar 250 kilometer di timur laut Tokyo, wilayah perkotaan dengan 30 juta penduduk. Operator Tokyo Electric Power, Sabtu, mengatakan, pihaknya telah melepaskan uap radioaktif untuk mengurangi tekanan dari pembangkit Nomor 1.

”Pembebasan sejumlah radiasi ke atmosfer membawa risiko kesehatan bagi masyarakat di daerah sekitarnya,” kata Kepala Kampanye Nuklir Greenpeace Internasional Jan Beranek, sebagaimana dilaporkan AFP.

”Fakta bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima bocor atau dengan terpaksa sengaja melepaskan gas yang terkontaminasi dari reaktor ke atmosfer menandakan bahwa semua proteksi fisik yang seharusnya mampu mengisolasi aktivitas radioaktif dari lingkungan telah gagal. Perlu peringatan berapa banyak lagi hingga orang mampu memahami bahwa reaktor nuklir secara inheren berbahaya?” kata Beranek.

”Kami diberi tahu oleh industri nuklir bahwa hal-hal seperti ini tidak dapat terjadi dengan reaktor modern, tetapi saat ini Jepang berada di tengah krisis nuklir dengan konsekuensi potensial yang mengerikan. Sementara fokus segera saat ini adalah untuk meminimalkan pelepasan radiasi dan menjaga masyarakat setempat tetap aman, ini merupakan satu peringatan akan risiko yang melekat pada pembangkit nuklir, yang selamanya akan selalu rentan terhadap kombinasi berpotensi mematikan akibat kesalahan manusia, kegagalan desain dan bencana alam. ” ***

Sumber : AFP, Kompas.com, Sabtu, 12 Maret 2011 | 08:31 WIB

Ada 4 Komentar Untuk Artikel Ini.


  • martin adiyono

Minggu, 13 Maret 2011 | 21:51 WIB

punya jepang aja ancur gimana punya indonesia yang rencananya di bangun ama cina?


  • Ben Ben

Rabu, 16 Maret 2011 | 14:47 WIB

Itu kan cuma wacana, indonesia ga mungkin punya PLT Nuklir. Paling begitu sampe pembebasan lahan udah terhenti... Jadi santai aja.


  • Anjas

Minggu, 13 Maret 2011 | 15:11 WIB

kekuatan..alam kekuatan yang kuasa jangan pernah meremehka nya.


  • Albert Leonard

Sabtu, 12 Maret 2011 | 09:00 WIB

mantab dah.. sudah jatuh tertimpa tangga, diinjak kucing pula..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

EKONOMI INTERNASIONAL : Menghitung Efek Tsunami

Sabtu,

19 Maret 2011

EDUCATION SUN ONLINE

EKONOMI INTERNASIONAL

Menghitung Efek Tsunami

Meskipun menimpa Jepang, yang lokasinya jauh dari Indonesia, bencana gempa dan tsunami di Negeri Sakura tersebut ternyata berimbas banyak bagi perekonomian Indonesia. Sejumlah kalangan bahkan khawatir bencana di Jepang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi kita.

Jika melihat data ekonomi yang ada, kekhawatiran tersebut mungkin beralasan. Pertama, Jepang merupakan negara kreditur terbesar bagi Indonesia. Dari total pinjaman sebanyak 68,04 miliar dollar per 31 Desember 2010, sekitar 44,8 persen di antaranya atau senilai 30,49 miliar dollar AS berasal dari Jepang.

Kredit dari Jepang banyak digunakan untuk pembangunan proyek-proyek infrastruktur. Jika kredit terhambat, otomatis pembangunan infrastruktur ikut terkendala. ”Sejauh ini belum ada kejelasan Jepang terkait kelanjutan kredit tersebut. Kami berharap tidak ada penghentian atau penundaan, meski mereka sedang butuh banyak dana untuk pemulihan dalam negeri,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri, Suryo B Sulisto.

Tak hanya itu, Jepang juga menjadi investor terbesar nomor dua dalam hal penanaman modal langsung. Sepanjang tahun ini, nilai investasi langsung Jepang tercatat 15 miliar dollar. Menteri Perindustrian MS Hidayat pun waswas investasi tersebut akan terhambat.

Sebagai negara tujuan ekspor utama, Jepang menjadi mitra dagang penting bagi Indonesia. Pada 2010, nilai ekspor nonmigas ke negara itu mencapai 16,49 miliar dollar dan menduduki peringkat pertama negara tujuan ekspor. Barang-barang yang diekspor ke Jepang berupa minyak, gas alam, batubara, hasil tambang lainnya, tekstil, dan produk tekstil, serta perlengkapan listrik.

Tahun lalu impor dari Jepang tercatat 16,91 miliar dollar atau sekitar 15,62 persen dari total nilai impor. Jepang menempati posisi kedua dalam hal impor, sementara posisi pertama ditempati oleh China. Posisi strategis Jepang juga terjadi pada sektor pariwisata. Jumlah kunjungan wisatawan dari Jepang per tahun berkisar 475.000-525.000 orang.

Selama lebih dari 50 tahun Jepang juga telah memberikan berbagai bentuk bantuan ke Indonesia. Bantuan tersebut banyak terfokus pada bidang industri, peningkatan teknologi pertanian, pendidikan sumber daya manusia serta bantuan ekonomi pada saat krisis ekonomi melanda Asia tahun 1997. Saat gempa mengguncang Aceh dan Yogyakarta, Jepang juga turut andil.

Fakta-fakta tersebut di atas menggambarkan betapa pentingnya posisi Jepang bagi perekonomian Indonesia. Jadi sangat wajar bila tragedi tsunami di negeri mereka bisa berdampak ke kita. (ENY PRIHTIANI)***

Source : Kompas, Sabtu, 19 Maret 2011

KOMENTAR

Ada 1 Komentar Untuk Artikel Ini.


  • anthony kusumo

Jumat, 18 Maret 2011 | 19:11 WIB

maksimumkan industri lokal utk keperluan dalam negeri, kurangi impor ..

Balas tanggapan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gempa dan Tsunami Jepang : Gelar Doa bagi Bencana Jepang

Sabtu,

19 Maret 2011

EDUCATION SUN ONLINE

Gelar Doa bagi Bencana Jepang

Menteri Perindustrian MS Hidayat (membelakangi lensa) memberikan semangat kepada Duta Besar Jepang Kojiro Shiojiri setelah memberikan sambutan dalam doa bersama untuk musibah gempa bumi dan tsunami di Jepang di Universitas Darma Persada, Jakarta Timur, Kamis (17/3). Doa bersama yang digelar warga Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang ditujukan sebagai rasa simpati dan tanda persahabatan kedua bangsa. (KOMPAS/AGUS SUSANTO)***

JAKARTA, EDUCATION SUN ONLINE - Sejumlah tokoh nasional, mahasiswa, dan anggota masyarakat Indonesia di Jakarta menggelar doa bersama bagi korban gempa dan tsunami Jepang di beberapa tempat terpisah, Kamis (17/3). Mereka berharap semua korban dan keluarganya dapat menghadapi bencana ini dengan tabah dan segera bangkit dari musibah.

Hal ini mengemuka pada acara doa yang digelar Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ), Perhimpunan Alumni dari Jepang (Persada), dan Yayasan Melati Sakura di kompleks Universitas Darma Persada (Unsada), Jakarta Timur, Kamis.

Acara tersebut dihadiri Menteri Perindustrian MS Hidayat, Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, Ketua Umum PPIJ Rahmat Gobel (yang juga Ketua Umum Persada dan Yayasan Melati Sakura), Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi, Duta Besar Kerajaan Jepang untuk Republik Indonesia Kojiro Shiojiri, Pemimpin Redaksi Harian Kompas Rikard Bagun, Rektor Unsada Kamaruddin Abdullah, serta kalangan pengusaha, pemerintahan, dan akademisi.

”Masyarakat Jepang sangat tangguh. Mereka tidak melihat bantuan dari nilainya. Bahkan, dengan niat kita (berempati) saja, sudah cukup,” kata Rachmat.

Dubes Jepang Kojiro Shiojiri mengatakan bahwa dirinya menghargai dan berterima kasih atas dukungan masyarakat Indonesia terhadap masyarakat Jepang.

Solidaritas Bencana

Di Kampus Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, pada saat yang hampir bersamaan, Kamis, para mahasiswa dan dosen universitas itu bahkan menggalang bantuan untuk korban gempa dan tsunami Jepang. Penggalangan bantuan berlangsung di dalam dan di luar area kampus.

Kegiatan yang dipusatkan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI ini sempat membuat haru mahasiswa Jepang yang tengah belajar di UI. Kegiatan serupa rencananya akan digelar di Kampus UI Salemba, Jakarta.

”Saya merasa tidak sendirian. Bencana itu membuat kami sangat sedih karena banyak teman yang keluarganya hilang. Untungnya ada yang peduli dengan bencana di Jepang,” tutur Kaori Morihara (26), warga Jepang yang studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI. Kaori bergabung dengan mahasiswa Program Pascasarjana Kajian Wilayah Jepang UI turut menggalang bantuan di Stasiun UI.

Meminta maaf

Di Bandung, Jawa Barat, dalam jumpa pers tim dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana di Rektorat Institut Teknologi Bandung, Kamis, pakar teknologi seismik Tokyo Institute of Technology, Hiroaki Yamanaka—yang ke Indonesia untuk penelitian tiga hari setelah gempa Sendai—meminta maaf atas melesetnya prediksi atas gempa di Prefektur Miyagi, Jumat lalu.

”Kami tidak memerhatikan kemungkinan terjadi pergerakan secara bersama semua segmen di situ yang kemudian menghasilkan gempa dengan kekuatan 8,8 skala Richter,” katanya.

Kini yang menjadi kekhawatiran para ahli gempa, akankah Sesar Nankai terpengaruh oleh peristiwa gempa Miyagi yang baru lalu? Sebagai catatan, gempa 8,9 SR terjadi di Aceh pada Desember 2004 dan pada Maret 2005 terjadi gempa 8,7 SR di Nias.

(SEM/ ETA/A RA/ ELD/ WIE/ NDY/ EKI/ HEN/ ISW/ HAM) SEM/ ETA/ ELD/ WIE/ EKI/ HEN/ ISW/ NDY/ HAM)***

Source : Kompas, Sabtu, 19 Maret 2011

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DAMPAK NUKLIR JEPANG : Kabur dari Tokyo, Carter Jet Pribadi

Kamis,

17 Maret 2011

EDUCATION SUN ONLINE

DAMPAK NUKLIR JEPANG

Kabur dari Tokyo, Carter Jet Pribadi

Ribuan orang panik sudah dan sedang berusaha meninggalkan Jepang. Tak hanya memakai kapal laut, pesawat terbang reguler, atau mencarter pesawat umum, para eksekutif pun mencarter pesawat jet pribadi.

Begitulah ekspresi reaktif orang asing yang panik dan takut terpapar radiasi nuklir menyusul ledakan beruntun di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi. Terutama lagi setelah makin banyak yang dilaporkan terpapar radiasi, yakni 190 orang.

Sebanyak 2 anggota tim penyelamat Australia dan 2 dari Selandia Baru, misalnya, terkena radiasi tingkat rendah setelah helikopter mereka mendarat dekat bandara yang terkena bencana tsunami, dan belakangan terpapar radiasi nuklir.

Terminal keberangkatan internasional Bandara Narita, Tokyo, Rabu (16/3), padat oleh ribuan calon penumpang. Terdeteksi adanya paparan radiasi menunjukkan, krisis nuklir sudah di luar kendali.

”Saya telah menerbangkan 14 orang dari Tokyo ke Hongkong, dengan lama penerbangan 5 jam dan 5 menit. Mereka tidak peduli soal tarif, membayar lebih tinggi 26 persen, paling sedikit 160.000 dollar AS,” kata Jackie Wu dari Hong Kong Jet, perusahaan jet pribadi, anak perusahaan HNA Group, China.

Wu melanjutkan, ”Kemarin sebuah pesawat jet carteran dari Tokyo ke Australia dengan tarif 265.000 dollar AS atau naik sekitar 20 persen.”

Jika 1 dollar AS setara dengan Rp 9.000, itu berarti tarif carter pesawat jet tersebut berkisar Rp 1,5 miliar hingga Rp 2,25 miliar. Sekali lagi, para eksekutif itu tidak peduli berapa pun tarifnya, yang penting bisa keluar dari Jepang dan bebas dari paparan radiasi nuklir itu.

Mike Walsh, CEO Asia Jet, perusahaan yang menyediakan layanan pesawat jet pribadi dan reguler, mengatakan, mereka sudah menerbangkan tiga pesawat evakuasi dari Tokyo ke Hongkong, Rabu pagi. Menjelang siang, permintaan meningkat cukup signifikan.

”Permintaan meningkat karena situasi memburuk. Makin banyak orang risau dan ingin mengungsi dari Tokyo,” kata Walsh kepada Reuters. ”Kami sekarang siap melayani lebih dari 1.000 orang yang ingin mengungsi sejak pagi,” lanjutnya.

Asia Jet memiliki lima pesawat Airbus A330 yang masing-masing dapat mengangkut hampir 300 orang.

Metrojet, perusahaan penerbangan bisnis berbasis di Hongkong, menyatakan sudah ada permintaan. Mereka menyiagakan 28 pesawat, termasuk dua Gulfstream G200, yang masing-masing berkapasitas 10 orang dengan tarif 5.900 dollar AS per jam, sudah termasuk tarif bandara dan biaya lainnya.

Mereka yang mengungsi itu umumnya pekerja dan eksekutif bank, atau perusahaan multinasional asal Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, dan paling jauh adalah Australia dan Amerika Serikat. Gempa, tsunami, dan terakhir adalah ancaman paparan radiasi nuklir telah mendorong banyak warga asing meninggalkan Jepang.

Krisis nuklir telah membuat penduduk Jepang panik, dan terutama lagi warga asing. Kondisi ini telah menyebabkan suasana sejumlah kota sepi, termasuk Tokyo. Penerbangan ke Tokyo telah dikurangi setelah 14 negara, termasuk Indonesia, menerapkan peringatan untuk tak melakukan perjalanan (travel ban dan travel advisory) ke Tokyo dan Jepang umumnya.

Staf dan eksekutif BNP Paribas, Standard Chartered, dan Morgan Stanley termasuk di antara sejumlah bank asing yang telah meninggalkan Jepang, Rabu. Sehari sebelumnya Asosiasi Bankir Internasional (IBA) di Tokyo, mewakili 16 bank investasi besar, menyatakan belum ada satu pun dari mereka yang tutup atau meminta pemerintahnya mengevakuasi mereka dari Tokyo.

IFR, salah satu lembaga publikasi Thomson Reuters, telah berbicara dengan 14 bankir sindikasi obligasi dan ekuitas Citigroup, JP Morgan, Deutsche Bank, Morgan Stanley, Bank of America-Merrill Lynch, dan BNP Paribas untuk mengungsi ke Hongkong, Seoul, dan Singapura dalam minggu ini. Hal itu merupakan akibat dari memburuknya dampak ledakan pada reaktor nuklir PLTN Fukushima Daiichi sekitar sepekan ini.

Beberapa bankir membandingkan situasi ini dengan saat wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) pada tahun 2003. SARS muncul di China selatan pada tahun 2002, menyapu Provinsi Guangdong dan Hongkong, sebelum menyebar luas tahun 2003. Sekitar 8.000 orang terinfeksi dan 800 orang tewas, yang mendorong gelombang profesional asing meninggalkan Hongkong.

Beberapa negara telah membatalkan atau menunda penerbangan ke Tokyo. Ada juga yang tetap terbang, tetapi menghindari rute Tokyo dan Fukushima.

Air China membatalkan beberapa penerbangan ke Tokyo dari Beijing dan Shanghai, terutama karena kurangnya kapasitas operasional di beberapa bandara (www.airchina.com.cn). China Eastern Airlines menghentikan penerbangan dari Shanghai ke Fukushima.

Penerbangan dari China ke kota-kota lain di Jepang masih berlaku. Akan ada penerbangan ekstra dari Tokyo, Kamis, untuk melayani warga China yang akan pulang menghindari paparan radiasi nuklir.

Ada negara yang tetap menerbangkan pesawat ke Jepang, tetapi tidak ke Tokyo dan Fukushima dan kota yang terpapar radiasi nuklir. Lufthansa Jerman mengalihkan penerbangan rute Tokyo ke Osaka dan Nagoya.

Krisis nuklir Jepang telah meningkatkan kekhawatiran internasional. Taiwan dan Singapura, misalnya, mendeteksi makanan impor dari Jepang.

Kepercayaan publik Jepang terhadap kemampuan pemerintahan Perdana Menteri Naoto Kan menangani krisis nuklir mulai dikritik warganya. ”Pemerintah ini tidak berguna,” kata Masako Kitajima, warga Tokyo. (AFP/AP/REUTER/CAL)***

Source : Kompas, Kamis, 17 Maret 2011

KOMENTAR

Ada 2 Komentar Untuk Artikel Ini.


  • Mohamad Sriyanto

Kamis, 17 Maret 2011 | 05:31 WIB

Semoga pemerintah/aparat kita juga ikut mendeteksi semua yang masuk ke negeri ini, baik orang mau pun barang, akan kemungkinannya kena paparan radio aktif. Dan tidak hanya di Jakarta saja, tetapi juga Denpasar, Surabaya dan sebagainya.

Balas tanggapan


  • Sugiyanto Prabowo

Kamis, 17 Maret 2011 | 09:03 WIB

setuju...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Nuklir Jepang Lepas Kendali

Kamis,

17 Maret 2011

EDUCATION SUN ONLINE

Nuklir Jepang Lepas Kendali

TOKYO, EDUCATION SUN ONLINE - Krisis nuklir Jepang makin tidak terkendali, Rabu (16/3). Kebakaran terjadi lagi, yakni menimpa reaktor Unit 4 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi. Sekitar 180 pekerja dipaksa keluar dari lokasi akibat tingginya radiasi.

Api menjilat bangunan reaktor Unit 4 yang di dalamnya terdapat batang-batang bahan bakar pada Rabu pukul 05.45. Saat itu petugas tengah berusaha memompakan air laut untuk mendinginkan reaktor, tetapi api semakin besar. Asap putih dan awan uap membubung tinggi pada pukul 08.30 dan kondisi tersebut menambah kepanikan warga.

Helikopter gagal menyiram air ke reaktor paling bermasalah. Kondisi tersebut membuat pekerja kewalahan. Sekitar 180 pekerja dipaksa keluar dari lokasi akibat tingginya paparan radiasi. Operator PLTN, Tokyo Electric Power Co (Tepco), mengatakan bahwa saat itu terjadi kebocoran partikel radioaktif yang cukup tinggi.

Sekitar 30 menit kemudian dilaporkan tidak ada penguapan. Namun, para pekerja baru masuk kembali ke lokasi beberapa jam setelah kebakaran.

Badan Keselamatan Nuklir dan Industri (NISA) Jepang menuturkan, tingkat radiasi mencapai 10 milisievert per jam pada pukul 10.40. Ada kemungkinan partikel radioaktif menguap dari reaktor Unit 2 yang meledak. Para ahli mengatakan, paparan radiasi bisa meningkat karena diduga terjadi lelehan parsial.

Petugas kewalahan

Kebakaran pada Unit 4 merupakan peristiwa kelima sejak terjadi ledakan di Unit 1 pada Sabtu lalu dan ledakan di Unit 3 hari Senin. Ledakan ketiga terjadi di Unit 2 yang disertai kebakaran di kolam penyimpan bahan bakar di Unit 4, Selasa.

Sekretaris Kabinet Yukio Edano mengatakan, para pekerja yang sedang menyiram reaktor dengan air laut sempat panik ketika tiba-tiba muncul kebakaran di Unit 4. Tidak ada pilihan kecuali mengevakuasi mereka keluar dari lokasi berbahaya itu.

”Para pekerja tak bisa melakukan pekerjaan minimal saat itu karena kami sedang siaga risiko terpapar radiasi” ujar Edano, Rabu pagi, pada saat asap mengepul di PLTN Fukushima Daiichi.

Hajimi Motujuku, juru bicara Tepco, menuturkan, tim pekerja sempat ditarik sejauh 500 meter dari kompleks PLTN. Sebuah helikopter dikerahkan untuk menuangkan air, tetapi gagal karena partikel radioaktif lepas bersama asap dan awan uap yang membahayakan helikopter.

Beberapa jam kemudian para pekerja masuk kembali untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Tidak ada penjelasan apakah api di Unit 4 sudah padam. Hanya dikatakan, pekerja telah dilengkapi pakaian antiradiasi. Mereka memompakan air laut ke reaktor Unit 5 dan Unit 6, yang suhunya juga sudah semakin panas.

PLTN Fukushima Daiichi yang berada di kota Okumamachi, Prefektur Fukushima, mengoperasikan enam reaktor. Pada saat terjadi gempa berkekuatan 8,9 skala Richter (lalu direvisi menjadi 9,0 skala Richter), hanya reaktor Unit 1, 2, dan 3 yang beroperasi. Reaktor Unit 4, 5, dan 6 sedang dalam perawatan.

Menurut NISA, sekitar 70 persen batang bahan bakar Unit 1 rusak akibat ledakan. Kyodo News menambahkan, 33 persen batang bahan bakar reaktor Unit 2 juga rusak akibat ledakan. Inti dua reaktor itu diyakini sudah meleleh.

Para pejabat pemerintah di Prefektur Ibaraki, selatan Fukushima, menyatakan, paparan radiasi di sana sekitar 300 kali level normal, Rabu. Kondisi tersebut tidak baik bagi kesehatan jangka panjang, tetapi tidak terlalu fatal.

Makin panik

Pada awal kebakaran hari Rabu telah terdeteksi adanya paparan radiasi di Tokyo meski masih rendah. Paparan berlangsung hingga 24 jam. Hal itu memicu kepanikan luar biasa pada publik Jepang dan munculnya peringatan internasional bagi kesehatan.

Menurut Edano, paparan radiasi di ibu kota hanya sekitar 10 kali dari paparan normal yang diterima manusia. Pada titik tersebut paparan radiasi tidak akan membahayakan kesehatan sekitar 13 juta penduduk Tokyo.

”Warga dipastikan tak akan terpapar jika keluar rumah. Saya ingin warga memahami hal ini,” kata Edano dalam konferensi pers yang disiarkan luas melalui jaringan televisi internasional.

Penjelasan Edano itu sebenarnya merujuk kepada warga yang mau menaati imbauan pemerintah, yaitu jika warga berada di luar radius peringatan baru, yakni 30 kilometer dari PLTN. Sekitar 140.000 orang di dalam zona itu dilarang keluar rumah. Hal tersebut akan merepotkan warga beraktivitas.

Komisaris Tepco, Gunther Oettinger, mengatakan, musibah yang menimpa reaktor nuklir di PLTN Fukushima Daiichi berada di luar kendali. ”Hampir semuanya berada di luar kendali,” katanya.

Yukiya Amano, Direktur Badan Tenaga Atom Internasional, mengatakan, Tepco terkesan tak terbuka memberikan informasi yang pas dan rinci mengenai ledakan dan kebakaran pada reaktor nuklir di PLTN. ”Kami tidak mendapat informasi rinci sehingga sulit mengambil langkah yang tepat,” kata Amano dalam sebuah konferensi pers di Vienna, Austria.

Perdana Menteri Jepang Naoto Kan pun mengungkapkan kekecewaan serupa. Kan menyebut krisis nuklir kali ini merupakan musibah terburuk sejak akhir Perang Dunia II saat Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom. Warga mengkritik Kan lamban.

(AFP/AP/REUTERS/CAL)***

Source : Kompas, Kamis, 17 Maret 2011

KOMENTAR

Ada 6 Komentar Untuk Artikel Ini.


  • monica rahmaningsih

Kamis, 17 Maret 2011 | 11:10 WIB

Kuncinya DISIPLIN dan punya rasa MALU.... Nah...sekarang kita nilai aja diri kita sendiri.

Balas tanggapan


  • Drajad Hari Suseno

Kamis, 17 Maret 2011 | 10:16 WIB

Jepang betul-betul profesional...nggak cengeng, tetap cool meskipun bencana melanda...

Balas tanggapan


  • Heintje Polii

Kamis, 17 Maret 2011 | 09:58 WIB

Saya yakin Jepang mampu mengatasi masalah ini. Mereka memiliki semangat dan keyakinan yang luar biasa! Dan didasari oleh rasa kebersamaan, intelektualitas, martabat dan disiplin yang tinggi diantara mereka. Rekan-rekan saya di Jepang melalui jejaring sosial Facebook mengatakan bahwa mereka, walaupun sebenarnya ketakutan dengan ancaman dan bahaya radiasi nuklir, akan bersatu saling mendukung 1000% kemampuan mereka untuk dapat keluar dari masalah ini. Setiap hari mereka berkumpul per kelompok2 untuk membahas masalah ini serta meng-update informasi dari berbagai media yang disiarkan detik demi detik untuk memantau perkembangan isu kebocoran nuklir tersebut. Mereka selalu siap setiap saat bila hal terburuk akan terjadi. Memang bangsa yang hebat!... Ayo Jepang.. Ganbatte!!!.. God bless you all!!

Balas tanggapan


  • dani ramdani

Kamis, 17 Maret 2011 | 08:24 WIB

yakin jepang pasti bisa....................emang indonesia......kebakaran hutan aja nga bisa kelar2....

Balas tanggapan


  • Ewit Soeatreiadi

Kamis, 17 Maret 2011 | 07:37 WIB

. Utk refleksi, apakah kita masih perlu membuat PLTN di muria?mudah2an Tuhan yang maha kuasa memberkahi dan menguatkan imam saudara-saudara kita di Jepang

Balas tanggapan


  • nakulo sadewo

Kamis, 17 Maret 2011 | 07:17 WIB

smoga Tuhan memberi ketabahan, kekuatan bangsa Jepang yang sudah jatuh ketiban tangga "benar" kita harus belajar dari bangsa Jepang yang kita lihat dengan kasat mata, mereka Tabah,teguh dan kuat menghadapi kenyataan ujian alam itu, kenapa sih, Bangsa kita (Indonesia)hanya ribut dan ribut terus yang tidak jelas JLUNTRUNGAN masalah keyakinan/Iman, sebagai alat perang, dan mental koruptor yang tak habis critanya, apa memang selamanya bangsa kita mentalnya begini terus??? tak ada DAMAI DAN KASIH, KEJUJURAN apa arti semua itu yang menganggap paling pintar dan paling benar, Agama dijadikan TOPENG belaka?GBU "INDONESIAKU"

Balas tanggapan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS