Jumat
25 Maret 2011
EDUCATION SUN ONLINE
Tsunami Jepang
Indonesia Sumbang 2 Juta Dollar AS
Penulis: Orin Basuki | Editor: I Made Asdhiana
Duta Besar Jepang Kojiro Shiojiri (kedua dari kiri) dipersilahkan merapat oleh Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang Rahmat Gobel (kiri), Menteri Perindustrian MS Hidayat (kedua dari kanan) dan Ketua Umum Apindo Sofjan Wanandi (kanan) dalam doa bersama untuk musibah gempa bumi dan tsunami di Jepang di Universitas Darma Persada, Jakarta Timur, Kamis (17/3/2011). Doa bersama yang digelar warga Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang ditujukan sebagai rasa simpati dan tanda persahabatan antara kedua bangsa.(KOMPAS/AGUS SUSANTO)***
TERKAIT:
- Polisi: Korban Tewas-Hilang 18.000
- KBRI Tak Latah, Lansia Mati Kedinginan
- Jero Wacik: Turis Jepang Turun 80.000
- Warga Jepang Tenangkan Diri di Borobudur
- Indonesia Percaya Jepang Akan Pulih
JAKARTA, EDUCATION SUN ONLINE - Indonesia memastikan untuk membantu Jepang dalam bentuk dana senilai 2 juta dollar AS atau sekitar Rp 17,4 miliar. Bantuan ini dinilai cukup untuk menunjukkan sikap simpati Indonesia terhadap kesulitan yang dialami oleh penduduk Jepang akibat bencana gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011.
Menteri Keuangan Agus Darmawan Wintarto Martowardojo mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Sabtu (19/3/2011) saat menghadiri Diskusi Forum Komunikasi Wartawan Keuangan dan Moneter (Forkem) bertema Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN 2011.
"Yang paling utama kita bersimpati. Akan tetapi, yang paling utama itu kami sudah berikan bantuan 2 juta dollar AS dalam bentuk perhatian dan empati kita pada masyarakat Jepang untuk bentuk lainnya kita masih akan kaji," kata Agus.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, pemerintah merasa ada hambatan psikologis untuk menanyakan komitmen Jepang, baik pemerintah maupun sektor swasta mereka, dalam mematangkan kerja sama ekonomi dengan Indonesia. Jepang tengah membutuhkan dana setidaknya 200 miliar dollar AS untuk memulihkan kondisi infrastrukturnya lima tahun ke depan akibat deraan gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011.
"Kalau melihat dalamnya dampak (bencana), saya sebetulnya tidak berani menanyakan rekan kami di Jepang, baik sektor swasta maupun pemerintah. Walaupun tetap memegang komitmen untuk meneruskan, namun mereka itu harus memulihkan infrastrukturnya selama lima tahun ke depan, antara lain membuat pemukiman baru untuk puluhan ribu rumah," ujar Hidayat.
Menurut Hidayat, apabila pihak Jepang meninjau kembali atau menggeser proyek-proyek baru di Indonesia, dirinya akan sangat memakluminya. Seperti beberapa proyek otomotif, Hidayat tidak yakin akan terealisasi pada bulan-bulan ini.
"Sekarang masih suasana musibah, saya belum berani ngomong bisnis dulu. Namun, nanti satu hingga dua bulan ke depan, saya akan menawarkan mereka untuk merelokasi beberapa industri komponen mereka dan industri-industri yang sudah dilakukan di sini. Ini bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan rekan bisnis lokal," ujarnya.
Relokasi patut ditawarkan karena dalam lima tahun ke depan, Jepang akan konsentrasi pada program rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Dengan demikian, Jepang akan terfokus pada pembangunan berbagai infrastruktur dasar, seperti pelabuhan. Sebagai dampaknya, ekspor beberapa komoditas Indonesia ke Jepang akan menurun.
"Karena setelah itu bahkan akan meningkat kebutuhan mereka. Mereka akan membutuhkan banyak sekali baja, alumunium, untuk rehabilitasi dan rekonstruksinya," kata Hidayat. ***
Source : Kompas.com, Sabtu, 19 Maret 2011 | 16:37 WIB
0 komentar:
Posting Komentar